MARI KITA WUJUDKAN OMONGAN YANG HIDUP DAN BUKAN HIDUP YANG CUMA OMONGAN KOSONG BELAKA
( DAN SELALU BERKUBANG PADA JANJI MANIS )

Sabtu, 15 Mei 2010

Ketika Dedaunan Itu Kering

Menatap merahnya merah langit mendung sebuah perjalanan
Meraba debar perutku yang terbayang kemarau pagi
Memandang sebatang pohon kering di taman hati
Menengadah ke langit memohon ampunan Sang Keagungan
Satu ranting telah patah dan kembali ke pelukan Sang Esa
Angker terasa …. !
Ya, itulah nyanyi sunyi dikumandangkan bumi renta ini
Ada angkuh di raut langit
Ada aroganmu di atas roda pedati
Ada Sombongmu di pelupuk air sungai yang tergenang
Ada percikan celoteh basi sebuah perjanjian
Seringai taringmu ….!
Jadi sebuah hikayat perang bagi nurani
Di sana menetes air dari pegunungan yang segar membasuh penatku
Di sini tercurah tetes langit yang bening menyeka lukaku
Aku haya bisa tertatih saat telah lama tersungkur
Merelakan semua langit dan bintang yang kupunya
Iklaskan semua emas yang kusimpan
Demi semua luka yang berserakan untuk darah kering yang legam
Buaian nina bobok mengantar jauh mimpi buruk
Senandung jembatan tua membelai dedaunan yang baru saja kerin
Menyeka dengan sisa darah berceceran
Mengukir indah di atas daun kering
Akan tatapan merahnya merah langit mendung sebuah perjalanan
Akan rabaan debar perutku yang terbayang kemarau pagi
Akan pandangan sebatang pohon kering di taman hati
Menengadah ke langit memohon ampunan Sang Keagungan
Satu ranting telah patah dan kembali ke pelukan Sang Esa
( Suara Angin Malam : Mawar Hijau Kegelapan; 2009 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar